Jumat, 16 Mei 2014



NEXT.......


Pergulatan pikiran selalu terjadi kala masalah kehidupan menimpa seseorang. bingung, pusing, mencari tempat pelarian, curhat dan bahkan sampai stres karena tidak sanggup menerima kenyataan. sifat manusiawi yang memang ada pada setiap jiwa. tapi keadaan itu dapat dikendalikan untuk orang-orang yang cerdas dalam mengambil sebuah keputusan, pandai membaca diri, ingat akan kodrat makhluk. sehingga semuanya dikembalikan kepada pencipta kehidupan, yang mengatur dan mengetahui segala rahasia dilangit dan dibumi.

kesadaran itu muncul berkali-kali di bathinnya. lembaran-lembaran kertas berserakan diatas meja. kursi yang ia duduki kembali diputar ke kiri dan ke kanan. matanya memandangi sekeliling dinding kamar. ingin rasanya ia berteriak untuk melepas lembaran-lembaran masalah yang bersemayam dallam kepalanya. namun, rasa malu pada diri menghalanginya untuk melakukan semua itu.

" Allah...Allah...Allah..."

desahan keluar dari mulutnya.

lembaran kertas kembali ia pandangi, walah ibunya seketika muncul di lembaran-lembaran putih itu. bayangan almarhum ayahnya juga turut menyerti. tanpa sengaja air matanya jatuh membasahi kertas.

"Allahu Rabbi...jangan biarkan aku berlama-lama larut dalam kebingungan ini, bimbing aku untuk menyelesaikan semua masalah yang aku dan keluargaku hadapi, sadarkan aku dan keluargaku dengan kesalahan-kesalahan yang selama ini terlakukan, dan berikan aku jalan untuk menemukan jati diri ini."

satu persatu kertas ia kumpulkan, dan meletakkannya diatas rak buku yang berada disamping meja. 18.00 wib jam dinding yang diliriknya. suara anak-anak bermain mulai terdengar. ia beranjak dari tempat duduknya, dan membuka pintu kamar. terlihat barisan sajadah panjang tersusun dengan rapi. ia mengambil sapu yang berada dibelakang pintu. dari jendela kaca ruangan ia melihat anak-anak yang sedang asyik bermain, lari-larian dan tertawa di halaman parkir. sambil membersihkan sajadah dan menyapu lantai berkramik putih itu ia membathin.

" betapa bahagianya anak-anak itu, belum memiliki beban masalah apapun. hanya belajar dan  bermain. tidak perlu memikirkan masalah hutang, masalah pekerjaan, masalah keuangan dan masalah kuliah yang berantakan. sungguh senang..."

senyuman terlihat diwajahnya, bercampur keriangat yang sudah mulai mengalir. ia membuka semua pintu ruangan tersebut.

" ustazd..."

seru salah seorang anak dengan ramahnya.

" iyA arin...sudah mandi ?"

"belum ustazd..."

" hmm...udahan dulu mainnya ya, besok disambung lagi. sekarang pulang dan mandi. nanti mau ngajikan ? "

" iya ustazd..."

mereka berlarian pulang.

seorang kakek yang sedang duduk didepan rumahnya tersenyum melihat kegirangan anak-anak yang belum dibebani dosa itu.

" hati-hati...!"

* * * * *

lantunan suara ayat-ayat suci al-quran terdengar bersahutan. langit cerah melai ditutupi awan gelap. matahari kembali bersembunyi dipersewmayamannya. senja ufuk merah bangkit memperlihatkan keindahannya. dengan peci dan baju koko putih, hingga dilengkapi dengan sarung kotak-kotak coklat, ia duduk di atas sajadah. menundukkan kepala yang masih menyimpan berbagai masalah. seketika alarm tanda masuknya waktu shalat magrib berbunyi dari jam elektrik yang menempel di dinding ruangan. ia bangkit dari duduknya, melirik ke kiri, kanan dan belakang. deretan sajadah masih kosong. sambil berjalan ke mihrab, ia mematikan putaran alunan ayat-ayat suci hingga mengumandangkan azan dengan suara merdunya. kalimat demi kalimat thayyibah yang ia serukan terdengar indah, dengan suara cengkok yang tersusun membuat hati berkali-kali menjawab seruan itu dengan kalimat yang sama.

satu per satu jamaah mulai berdatangan. terhitung hingga shalat yang juga ia imami didirikan, jamaahnya berjumlah sepuluh orang. enam orang laki-laki dan empat orang perempuan, yang kesemuanya itu berkisar usia 50 tahun ke atas.

realita ini memang sudah tidak dapat diherankan lagi. imarah masjid yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Quran sudah disalah artikan. fakta ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja, nuansa agamis yang kita pandang di perkampungan selama ini juga sudah mulai hilang. membangun masjid dan mushalla dengan megah, menara menjulang tinggi mencakar langit, menghabiskan biaya sampai ratusan juta rupiah. tapi tidak untuk jamaah yang mengisi aktifitas ibadah didalamnya. sunyi, sepi dari tamu-tamu Allah SWT yang dimuliakannya. 99 % hanya didatangi oleh orang-orang tua yang memang sudah tidak menjadi kekaguman lagi. kemana perginya para pemuda ?. sibuk dengan urusan dunia, capek, tidak sempat ke masjid, hingga berbagai alasan yang merugikan diri sendiri. tidak menginginkan naungan yang diberikan Allah SWT kelak diakhirat, seperti yang rasulullah jelaskan dalam hadistnya.


BERSAMBUNG.........

Senin, 12 Mei 2014

BAGIAN KEDUA NOVEL/CERITA MOTIVASI HIDUP



AKSARA CINTA
MUHAMMAD MAULIJI EL BASYRI


2

Jalanan kota masih sepi. udara terasa dingin.lampu-lampu yang berdiri kokoh di trotoar memperlihatkan hijau dan rimbunnya pepohonan jalan.deretan pertokoan berbaris rapi di sepanjang sudut aspal.

Ia dan fahrul turun dari bus dengan membawa barang-barang mereka,di bantu sang kernet dengan membuka bagasi belakang.ia dengan kulit hitam manisnya,rambut yang ikal pendek menutupi bentuk kepala idealnya.dan dengan tinggi dan berat badan yang proposional,terlihat lemas.ia duduk diatas salah satu ransel yang mereka bawa. langit masih terlihat gelap dengan warna hitamnya. fahrul berdiri menggerak-gerakkan badannya. sebagai pelepas rasa penat dari 12 jam perjalan yang mereka tempuh. dari jam 16.00 wib kemaren mereka berangkat dari kampung, hingga akhirnya disuasana subuh yang mereka rasakan ini, lembayung-lembayung itu sudah terlihat dipucuk-pucuk bangunan.

Disebrang jalan tempat mereka duduk, terlihat sebuah bangunan berpagar tinggi dengan gapura yang bertuliskan smpn 09 pekanbaru. disudut jalan tampak tiang besi kecil yang berdiri kokoh dengan tulisan hijaunya jl.h.imam munandar. ia mengambil pensel dari saku celana jean hijaunya.beberpa kali ia menekan tombol panggilan dan kembali menempelkan di telinganya.

"tak diangkat-angkat rul"
"mungkin masih tidur,coba aja lagi..!"

ucap fahrul menenangkan kekhawatiran ardi yang terlihat di wajahnya.
"assalamu'alaikum bang..."

kecemasan mereka seketika sirna
"wa'alaikum salam ardi"
"kami sudah sampai bang,sekarang di depan smpn 09"
"o...iya iya, abang segera kesana ya"

suara serak terdengar dari sebrang telpon
"iya bang,assalamu'alaikum"
"wa'alaikum salam" klik

Mereka tersenyum saling berpandangan, kebahagiaan itu bertambah ketika sebuah motor bebek hitam yang di kendarai seorang pria yang bertubuh agak besar berhenti di depan mereka.sambil tersenyum ia mengulurkan tangannya.
"apa kabar ardi,fahrul?"

sambil bersalaman
"alhamdulillah sehat bang..."
"maaf ya,selesai shalat subuh tadi abang ketiduran, aman selama diperjalanankan?"

Ia dan fahrul pun menaiki motor  yang dibawa oleh senior mereka waktu di pondok pesantren itu.
"tak apa-apa bertiga ini bang..?"

protes fahrul
"tak apa-apa rul,dekat kok"

Hanya sekitar beberapa meter dari tempat mereka beranjak, motorpun sudah memasuki gang kecil. beberapa rumah-rumah mewah berpagar tinggi berbaris dengan kokohnya. jalan gang semenisasi itupun menurun kebawah hingga mentok disebuah bengunan persegi empat yang dihiasi jendela kaca disekelilingnya. bang syafri membantu mereka mengangkat barang-barang juniornya itu.

Seperti langit yang maish ditutupi awan hitam, suasana kota pekanbaru masih gelap. mushalla al istigfar tulisan dinding bangunan yang berkubah bulat itu. disekeliling dinding dalam bangunan tertulis goresan ayat-ayat al-quran yang sangat indah dan halus dari jamahan jari sang penulis. hamparan sajadah panjang berjejer dengan rapi.sebuah kamar sederhana di samping kanan mushalla tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang sedang nyenyak dengan tidur mereka. ditambah meja,komputer, gantungan pakaian dan tumpukan buku-buku juga ikit menghiasi.

Setelah meletakkan barang-barang didalam kamar tersebut, ia dan fahrul melaksanakan shalat subuh di dalam mushalla yang cukup luas itu. 

CERITA MASIH BERSAMBUNG................


TUNGGU KISAH SELANJUTNYA

NOVEL/CERITA MOTIVASI PERJUANGAN HIDUP


AKSARA CINTA
MUHAMMAD MAULIJI EL BASYRI


1


Hamparan sawah yang terbentang indah di pandang mata, seolah menahan langkah kaki untuk beranjak meninggalkan keindahannya. disusul deretan rumah para penghuni kampung menarik untuk kembali berteduh didalam kesederhanaannya.lalu lalang orang-orang yang sibuk dengan atifitasnya mengundang hati untuk surut menyapa dan mengikuti hari-hari mereka. sungguh suasana yang indah,nyaman dan terasa sayang untuk di tinggalkan. ditambah alunan suara musik  bus yang diputar oleh sang supir, bercampur dengan deru mesin, menjadikan keadaan hatinya berat untuk melanjutkan perjalanan.

Tapi, namanya kehidupan tentu butuh perjuangan, berjuang untuk menggapai sebuah impian. tercapainya sebuah impian tak terleapas dari keahlian. sehingga keahlian tidak akan didapat tanpa ilmu, waktu dan ketekunan.mungkin prinsip inilah yang tertanam dalam benaknya. sehingga keindahan alam perkampungan dan kesegaran udara yang selama ini di hirupnya, rela ia tinggalkan menuju hiruk pikuknya kehidupan perkotaan.

Sudah 15 menit bus yang berwarna merah marun itu membawanya berkeliling dari kampung yang satu ke kampung yang lain untuk menjemput para penumpang. satu per satu kursi bus terisi oleh pemegang tiketnya. ia adalah penumpang pertama yang di jemput oleh bus kasma wisata itu, karna tempat tinggalnya tidak jauh dari loket kendaraan tersebut. kepalanya dijatuhkan kesebelah kanan bahunya, sambil merebahkan punggung kesandaran kursi yang ia duduki.tatapan matanya kembali menyaksikan kehidupan luar bus yang ia lewati. tiba-tiba pedal rem kembali diinjak oleng sang pengemudi, di iringi suara klakson bus yang berbunyi sebagai kebiasaan sang supir untuk memanggil penumpang yang dijemputnya. ia menegakkan kepalanya sambil tersenyum kearah jendela kaca bus.ia melihat sahabatnya yang sudah berdiri didepan rumah bersama keluarga dan barang-barang yang akan ia bawa menuju kota yang sedang berkembang, dengan berbagai macam pembangunan dan kualitas perekonomian yang terkenal selalu meningkat. dengan aset-aset perusahaan-perusahaan besarnya yang semakin menjulang dan diminati oleh para investor lokal bahkan mancanegara.ia keluar dari bus untuk membantu meniakkan barang-barang bawaan sahabatnya itu, sambil bersalaman dengan orang tua fahrul yang sudah tidak asing lagi dimatanya.

"hati-hait di jalan nak, jangan sampai tinggalkan shalat 5 waktunya ya !"

pesan ibu fahrul pada anaknya yang memiliki tahi lalat di samping hidung runcingnya itu.

Suasana haru sedikit terasa ketika orang tua fahrul melepas perjalanan itu, ditambah kehadiran sebagian tetangga terdekat yang juga ikut menyaksikan. puluhan senyuman mengiringi injakan kaki sang supir pada pedal gas, seiring berlalunya kampung petani dari pandangan mata.

Lika-liku jalanan perkampungan yang dimasuki oleh bus mulai berakhir. lobang-lobang besar, pasir-pasir, dan jalanan tanah kuning dari gang ke gang yang tadinya dilewati oleh kendaraan beroda delapan itru mulai hilang dari putaran roda besar yang berwarna hitam itu. fahrul duduk disamping kirinya, sambil memperhatikan penumpang lainnya. sedikit sesak, kondisi pengap dicampur bau asap rokok para musafir bersatu dengan aroma parfum yang berbeda-beda menjadikan lambung mulai memberontak.

"banyak bawa bekal rul?"

tanya ardi dengan senyuman yang menampakkan lesung pipinya.

"lumayanlah,untuk bekal tujuh turunan"

"hahaha...memangnya warisan tujuh turunan"

celanya lagi, sehingga dua sahabat itu mengeluarkan tawa.

Sekitar 50 KM jalanan yang sudah dilalui. ia ,menutup jendela kaca bus unutk mengurangi kencangnya angin yang masuk. ia melirik penumpang lain, sebagiannya sudah mulai tidur. dengsn iringan lagu pop minag yang diputar oleh pengemudi.

antah kamano
ka denai cari
oi...adiak sayang
denai taseso
di pakanbaru

Hingga tak heran lagi, sahabatnya yang seperjuangan sejak dari pondok pesantren darul ulum mudik tampang. hinggan menuju kota bartuah itupun juga sudah asyik berduet dengan madi gubarsa dalam mimpinya.

Berkisar+- 400 km perjalanan yang akan ditempuh, dari rao pasaman-sumatra barat ke kota pekanbaru. berbagai macam lika-liku medan pula yang akan dilewati.malai dari perkampungan,hutan-hutan, kota ke kota dan tebing-tebing tinggi yang disandingkan dengan curamnya juramg-jurang. namun tidaklah seseram yang kita bayangkan.semua itu menjadi warna yang indah menemani perjalanan. tidak sia-sia allah swt menciptakan segala sesuatu itu. rasa mual perut dan pusing kepala para musafir sedikit terlupakan, dengan indahnya kota bukit tinggi dan payakumbuh yang dekenal dengan kota wisata,serta jalan kelok sembilan yang biasa menjadi tempat persinggahan para musafir unutk mengabadikan moment perjalanan mereka.dengan ruas jalan yang berkelok sembilan, memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter.berbatasan dengan jurang-jurang, dan diapit oleh dua perbukitan diantara dua cagar alam.cagar alam harua dan cagar alam air putih. jalan yang terletak sekitar 50 km sebelah timur dari kota payakumbuh menuju provinsi riau, dan merupakan jalan penghubung lintas tengah sumatra dan pantai timur sumatra. namun sejak dibangunnya jalan kelok sembilan, nyaris tak mengalami pelebaran berarti karena terkendala medan. seiring peningkatan volume kendaraan yang melintas, kondisi jalan yang sempit sering mengakibatkan kemacetan panjang. lebar jalan yang hanya 5 meter dan tikungannya yang tajam kerap menyulitkan kendaraan bermuatan besar melintas karna tidak kuat menanajak. mengatasi masalah ini, maka dibangunlah jalan layang kelok sembilan.yang memiliki panjang 2,5 km. membentang meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal.
dengan tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter.jslsn layang itu terhitung enam kali menyebrangi bolak-balik bukit. pembangunan jalan layang kelok sembilan itu merupakan karya anak bangsa,dengan mwnuangkan ide-ide cemerlangnya dalam merancang konstruksi. tidak ada campur tang asing dalam pengerjaan proyek besar yang menghabiskan biaya lebih sebesar Rp. 540 miliyar lebih. sunggung suasana yang dapat dinikmati sebagai keindahan wisata, dengan fenomena alam yang eksotik dan segarnya udara perbukitan.

Selain itu, perjalanannya dan fahrul menuju kota pekanbaru juga dapat menikmati indahnya bendungan besar dan luas, yang berada di pertemuan sungai kampar kanan dengan batang mahat yang lokasi dimestisnya di daerah koto panjang kab.kampar.riau. hingga kini yang dikenal dengan PLTA KOTO PANJANG, bukan saja menjadi sumber tenaga listrik di riau, tapi jiga banyak diminati orang untuk berkunjung sebagai tempat wisata.

Baginya ini dalah kali kedua ia menempuh perjalanan ini. namun, nikmatnya suasana yang dirasakan tidaklah seindah yang sekarang.karna, pertama kali ia melewati hal yang sama, ketika masih berumur delapan tahun. saaat itu abangnya yang sulung mengadu nasib di kota kerja yang fijuluki orang-orang itu.hingga saat liburan sekolah tiba, ia dan ibunya pergi menjenguk abangnya itu sambil menikmati hari-hari libur yang ia lalui.

Sebagai bungsu dari 5 bersaudara, empat orang laki-laki dan satu orang perempuan.dulu ia sedikit dimanja,walaupun ayah dan ibunya mencari rezeki yang diberikkan allah swt dengan berbagai usaha.khusus dihari pasar pekan yaitu hari sabtu,mereka menjual gorengan ke pasar,dan di hari -hari lain mereka menjual buah kelapa, yang sebelumnya, buah kelapa tersebut dibeli kepemilik kebun dan dipanen langsung dari pohonnya oleh ayahnya dengan menggunakan jasa seekor monyet yang sudah patuh dan jinak padanya. dengan sebuah becak dayung tua, ayah dan ibunya membawa barang-barang dagangan itu.dengan sekuat tenaga pak basyri mendorong becak tua tersebut dari sebelah kanan smabil mengendalikan stangnya. dibantu bu miah dari bagian kiri becak.mereka tidak dapat menunggangi dan menaiki becak tersebut dikarenakan kondisi jalan yang mendaki menuju pasar, lebih-lebih beratnya barang-barang yang dibawa. kondisi seperti inilah yang otang tuanya lalui setiap hari.pergi mendorong dengan posisi tangan lurus kedepan bertumpu pada bagian becak,badan sedikit membungkuk kedepan dengan posisi kaki ke belakang bertumpu pada aspal jalan.dan pulang menahan sekuat tenaga, karna rem becak tidaksanggup menahan kencangnya putaran ban. namun berapapun berat kondisi itu, mereka tidak pernah putus asa unutk tetap berusaha, mereka tidak pernah menyerah dengan keadaaan.

"mungkin kalau kita punya motor akan lebih mudah membawa barang-barang ini ya..."

harap pak basyri suatu ketika.

Selain berjualan kepasar setiap harinya,ayah dan ibunya juga bertani sawah dan ladang.lahannya disewa pada orang lain,bukan milik sendiri.

"jika kita tidak bersawah, nanti keluarga kita dicemoohkan orang-orang kampung"

"kenapa gitu mak?"

tanya ardi 

"iya...orang yang sudah PNS saja dikampung ini masih bersawah, apalagi kita hanya berpenghasilan pas-pasan.ganjil rasanya kalau orang kampung yang lingkungannya dikelilingi oleh hanparan sawah, tapi malah beli beras unutk makan sehari-harinya. itu makanya nak, orang kampung itu harus pandai bertani sawah"

"tapi aku tidak pandai mak"

"tidak apa-apa, mak dan ayah tidak memaksa kamu untuk pandai bersawah, mak dan ayah ingin kamu tidak merasakan panasnya punggung kena terik matahari.mak dan ayah tidak ingin kamu merasakan sakitnya pinggang karena membungkuk seharian di tengah sawah, kami tidak ingin kamu merasakan hal yang sama seperti mak dan ayah rasakan"

tiba-tiba pak basyri menyambung kalimat istrinya itu.

"betul ardi,dari dulu sejak kamu masih SD, kami sengaja tidak pernah memaksa kamu unutk ikut ke sawah,paling hanya pernah mengantarkan makanan dan minuman saja.padahal, waktu itu teman-teman seusiamu susah pandai bertanam dan memanen padi.makanya, ayah dan mak sangat senang dengan pilihanmu untuk melanjutkan pendidikanmu di pondok pesantren. belajarlah yang tekun nak,..!. kamukan tau kalau bang-abang dan kakakmu sudah tidak melanjutkan pendidikan lagi, soalnya dulu kamitidak sanggup unutk membiayainya.sekarang,kamulah satu-satunya kamii harapkan unutk dapat melanjutkan cita-cita mereka, dan mengangkat derajat keluarga kita.belajarlah yang serius, ayah dan mak akan berusaha sekuat, supaya kamu terus melanjutkan sekolah dan kelak hidupmu tak seperti kami ardi..."

Bayangan wajah mak dan ayahnya seketika terlintas dimatanya.harapan yang dulu pernah di utarakan mereka itu kembali muncul diingatannya.

"iya mak,ayah.aku janji akan berjuang"

ungkap ardi dlam hatinya.

Berdoa semoga selamat sampai tujuan, dan berharap ketika terbangun sudah melihat ratusan lembayung yang menancap di pucuk-pucuk bangunan. ia pun menutup kedua kelopak matanya dan membaca doa andalannya.

"bismika allahumma ahya wabismika amut,,,amiiin"

BERSAMBUNG BAG.KEDUA...........


Email : Mauliji64@yahoo.co.id  FB : Maulijicool@yahoo.com  Twitter : @Mauliji1  Gmail : Maulijielbasyri@gmail.com